TANJUNG REDEB, BorneoPost – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Berau digembar-gemborkan sebagai terobosan besar untuk anak sekolah sekaligus pasar baru bagi petani lokal. Namun, kenyataan di lapangan jauh dari gemerlap janji: dari target 80 ribu porsi makanan setiap hari, dapur yang beroperasi baru mampu menyediakan kurang dari 5 persen.
Menurut Dinas Pangan Berau, kebutuhan harian MBG mencapai 80 ribu porsi untuk anak-anak sekolah. Namun, hingga kini baru dua dapur SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) yang beroperasi: Karang Ambun dengan 1.693 paket dan Gunung Panjang 1.611 paket. Padahal target pemerintah mencapai 29 titik dapur, masing-masing dituntut sanggup memproduksi 3.000 paket setiap hari.
“Kami ingin program ini jadi pemicu ekonomi. Petani punya pasar jelas, koperasi berkembang, anak-anak sehat,” ujar Kepala Dinas Pangan Berau, Rakhmadi Pasarakan. Tapi fakta di lapangan justru menunjukkan dapur belum mampu menutup kebutuhan dasar.
Kritik serupa datang dari Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas. Ia mengingatkan agar MBG jangan hanya dipandang sebagai proyek kesehatan semata. “Bayangkan, ada 80 ribu anak dari SD hingga SMA/SMK yang seharusnya mendapat makanan bergizi gratis tiap hari. Pertanyaannya, apakah petani dan koperasi lokal sudah benar-benar siap jadi tulang punggung?” tegasnya.
Program yang digadang-gadang jadi “pasar baru” bagi petani lokal itu masih jauh dari ideal. Jika dapur SPPG tak kunjung maksimal, maka jargon peningkatan ekonomi hanya tinggal janji. Petani tetap mencari pasar sendiri, sementara ribuan anak sekolah masih menunggu hak mereka: makanan bergizi setiap hari.