Kaltim Resmi Deklarasikan Geopark Pertama, Karst Sangkulirang-Mangkalihat Menuju Taman Bumi Nasional

Berau, BorneoPost – Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) resmi mendeklarasikan taman bumi (geopark) pertama yang mencakup kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat. Kawasan dengan luas 1,8 juta hektare itu membentang di dua wilayah administratif, yakni Kabupaten Berau dan Kutai Timur (Kutim), dan kini tengah menuju penetapan sebagai Taman Bumi Nasional.

Sebelumnya, pada 2024, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan 26 situs warisan geologi (geosite) di Kaltim. Dari jumlah itu, 15 geosite berada di Berau dan 11 di Kutim. Pengusulan status geopark sendiri sudah diinisiasi sejak 2019 oleh pemerintah bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

Manajer Senior YKAN, Niel Makinuddin, menyebut penetapan Taman Bumi akan memberi dampak positif besar bagi Kaltim.
“Implikasinya luas, mulai dari pengakuan budaya, penyelamatan kawasan karst, pengembangan destinasi wisata, hingga pemanfaatan sebagai lokasi penelitian,” ungkapnya, Kamis (11/9/2025).

Ia menambahkan, jika status Taman Bumi Nasional sudah dikantongi, kawasan ini berpeluang diajukan menjadi UNESCO Global Geopark, menyusul 12 kawasan lain di Indonesia yang lebih dulu mendapat pengakuan internasional.


“Setelah menjadi Taman Bumi Nasional dan memenuhi standar internasional, kita bisa mengusulkan Karst Sangkulirang-Mangkalihat ke UNESCO,” ujarnya.

Kawasan Berau dan Kutim tak hanya kaya akan warisan geologi, tetapi juga budaya. Sejak lama, masyarakat adat Dayak, salah satunya Dayak Lebo di Kampung Merabu, Kecamatan Kelay, turut menjaga kelestarian hutan dan situs bersejarah.

Kepala Kampung Merabu, Asrani, menjelaskan bahwa wilayah mereka memiliki hutan desa seluas 8.245 hektare dengan ratusan gua, termasuk Gua Beloyot dan Kerucut Karst Merabu, yang telah ditetapkan sebagai warisan geologi.
“Selain itu, kami punya Danau Nyadeng dan Puncak Ketepu. Dari Puncak Ketepu, wisatawan bisa melihat lanskap indah gugusan kerucut karst Merabu,” kata Asrani.

Ia berharap, dengan adanya kolaborasi bersama pemerintah, potensi alam dan budaya Kampung Merabu dapat lebih terangkat, sekaligus memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *