Samarinda, Borneo Post- Sukacita dan kehangatan Imlek sudah di depan mata, semua orang turut menyambut perayaan Imlek dengan penuh semangat. Warna merah menyala mengelilingi bumi seperti halnya lampion serta pernak-pernik turut menghiasi di berbagai toko maupun hotel-hotel di Kota Samarinda.
Hal ini dirasakan oleh masyarakat Tionghoa yang akan merayakan Tahun Baru Imlek atau Lunar New Year ke-2575. Perayaan Imlek tahun ini jatuh pada tanggal 10 Februari 2024 ditandai dengan shio Naga Kayu. Tahun Naga Kayu 2024 adalah tahun yang istimewa, kombinasi langka antara kekuatan naga dan kreativitas kayu yang berarti tahun inovasi, visi, dan pertumbuhan.
Pria kelahiran Samarinda keturunan Tionghoa, Wibowo Yustanto ini mengatakan, makna Imlek ini merupakan tahun baru Cina dan menjadi budaya di Indonesia karena banyaknya warga keturunan Cina tinggal khususnya di Kota Samarinda.
“Imlek ini memasuki tahun baru, pembukaan awal tahun di negara Cina karena ada 4 musim. Dari musim dingin memasuki musim semi. Tahun baru, mereka mulai bercocok tanam,” kata Ko Bowo sapaan akrabnya.
Ia menjelaskan, bagi masyarakat Tionghoa tahun baru cina merupakan awal keberhasilan pertanian dan perkebunan dengan dimeriahkan bunyi petasan, mercon, dan penampilan barongsai.
“Hal ini dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat agar tidak mengganggu tanaman yang berada di lahan tersebut,” terangnya.
Hari raya Imlek ini berlangsung selama 15 hari. Imlek merupakan pembukaan tahun baru tanggal 1 menurut Kalender Lunar. Penutupan perayaan tahun baru Imlek di hari ke-15 disebut dengan Cap Go Meh artinya 15 hari terakhir perayaan Imlek. Ini juga merupakan pertemuan handai tolan atau biasa disebut perkumpulan teman, sahabat, keluarga merayakan hari raya kebahagiaan tersebut.
“Kalau dikalender cina, tanggal 1 Jia Gwee itu namanya Imlek, nanti handai tolan berkumpul bersama bagi-bagi angpau. Nah, hari ke 15 itu disebut Cap Go Meh. Malamnya, mereka rayakan kerbehasian dengan sukacita dan gembira sambil makan lontong Cap Goh Meh dan onde-onde bulat yang dikasih gula dan jahe,” sebut Ko Bowo.
Angpau dalam perayaan Imlek memiliki makna simbolis bagi masyarakat Tionghoa. “Jadi bagi angpau itu kami berharap handai tolan diberi kemudahan saat mencari rezeki dan penuh keberuntungan,” sebutnya.
Sementara itu, founder komunitas HDI Society, Willy Junior Samhazes, dalam merayakan Imlek selain membagikan angpau, perayaan ini juga menyediakan makanan khas salah satunya kue keranjang yang memiliki arti terselubung.
“Pemberian angpau sebagai simbol kasih antar sesama dan makna berbagi rezeki, kue keranjang menjadi simbol pendapatan dan jabatan yang meningkat, serta perkembangan baik pada anak-anak, dan menandakan tahun yang lebih baik dibanding sebelumnya,” pungkasnya. (Gr/deL)