WAODE YUNIA SILVIARIZA INSPIRASIONALNYA DOKTOR TERMUDA DARI KAMPUNG CAMPUR SARI KEC. TALISAYAN KAB. BERAU KALIMANTAN TIMUR

TANJUNG REDEB, Borneo Post – Sebagian orang biasanya berpikir, untuk mendapatkan gelar atau pendidikan yang tinggi harus di barengi dengan latar belakang geografis yang mendukung atau istilah bahasa umum nya “ harus tinggal di perkotaan, bukan malah di kampung”. Namun, persepsi demikian tiadak berlaku pada Waode Yunia Silviariza.

Wanita yang berkampung halaman di Kampung Campur Sari, Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur tersebut adalah tempat lahir dan tumbuhnya. Waode Yunia Silviariza yang sehari-hari disapa Noni yang telah mencatat prestasi luar biasa dengan meraih gelar doktor di usia nya yang ke 27 tahun. Kelulusan ini semoga menjadi inspirasi bagi generasi muda, hal ini membuktikan bahwa latar belakang geografis tempat tinggal bukanlah penghalang untuk meraih impian.

Putri bapak Silfanuddin dan ibu Marhaini, lahir pada 11 Juni 1996, dulunya berlatar belakang pendidikan di SDN 001 Campur Sari, di SMPN 2 Talisayan, di SMAN 4 Berau, dan kuliah dari S1-S3 di Universitas Negeri Malang.

Sebagai putri Kalimantan Timur pernah juga mendapatakan beasiswa Kaltim Tuntas waktu menempus S2. Ia menyelesaikan program doktor (S3) dalam bidang Pendidikan Geografi by Research di Universitas Negeri Malang dalam waktu 6 semester, September 2020 hingga Juli 2023, dengan mencapai prestasi luar biasa mendapatkan nilai sempurna (4) dengan pujian dalam gelar doktornya. Saat ini adalah seorang doktor termuda di Kalimantan Timur

Bapak Silfanuddin saat ini adalah seorang petani yang mendapatkan amanat dari masyarakat kampung Campur Sari daerah eks transmigrasi penempatan tahun 1992 sebagai Kepala Kampung, dan Ibu Marhaini seorang guru SD di Kampung Campur Sari.

Kebahagiaan orang tua Waode datang bersamaan dengan lulus adiknya yaitu Laode Ilham Hidayat Fahrurozi di Magister Filsafat Universitas Gajah Mada (UGM) tepat pada waktunya. Hal ini membuktikan suport orang tuanya yang sangat tinggi terhadap dunia pendidikan.

Tema penelitian yang diusung oleh Waode Yunia Silviariza adalah “Mengembangkan Model Pembelajaran Geografi SPB-FC-L,” dengan tujuan menciptakan suasana belajar geografi yang menarik dan relevan bagi siswa, sambil memanfaatkan teknologi modern dan mendukung Sustainable Development Goals (SDG).

Salah satu rangkaian penelitiannya pun dilakukan di SMA Negeri 3 Berau di Talisayan.
Selama studi S3-nya, Waode YunIa Silviariza sangat aktif sebagai penyaji dalam berbagai konferensi internasionaldiantaranya IGEOS, ICSKSE dan lainnya menjadikannya sebagai sosok yang diakui dalam komunitas akademik.Selama 6 semester masa studinya Ia juga berhasil menerbitkan 3 artikel ilmiah, termasuk satu artikel di jurnal SCOPUS Q1(International Journal of Instruction) dan dua artikel di jurnal SCOPUS Q2 (International Journal of Instruction dan International Journal of Technology Enhanced Learning).

Ia juga aktif menjadi pengulas/review pada jurnal-jurnal baik nasional maupun internasional yang ter-indeks, memberikan kontribusi berharga pada penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan. Tidak hanya itu, Ia juga berhasil memperoleh dana hibah penelitian PNBP dan Dana Hibah Publikasi.

“Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya bisa sampai di titik ini. Terimakasih Mama dan Bapak yang selalu memberikan suport. Keberhasilan ini juga tidak terlepas dari bimbingan yang cemerlang dari para promotor, Prof. Sumarmi, Prof. Sugeng Utaya, dan Bapak Syamsul Bachri, PhD. Mudah-mudahan hasil penelitian ini bisa memberikan sumbangsih manfaat bagi dunia Pendidikan khususnya Pendidikan Geografi.” Ucapnya saat kami wawancarai via telpon beberapa waktu lalu.

Prestasi gemilang Waode Yunia Silviariza bukan hanya menjadi kebanggaan keluarganya, tetapi juga membawa kebanggaan bagi Kampung Campur Sari Kec. Talisayan, Kab. Berau Kalimantan Timur. Ia membuktikan bahwa ketekunan, semangat, dan dedikasi dapat mengalahkan segala rintangan.
Semoga pencapaian ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda di Kalimantan Timur untuk meraih impian.

“Jangan biarkan tekanan merusak semangat belajarmu, Atasi dengan kegigihan dan kecerdasan, Ingatlah kita memiliki hak untuk belajar dan meraih impian,”Pungkasnya. (PiN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *