Catatan Perjalanan Umrah Gelombang III PT PMB dan PT PASN Berau (3): Mustajab Doa di Taman Surga

Raudah adalah tempat yang mulia dan istimewa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Raudah diartikan sebagai taman. Taman surga yang ada di Masjid Nabawi. Tempat di mana Rasulullah SAW beribadah, berdakwah, hingga menerima wahyu, ribuan tahun lalu.

YUDHI PERDANA, Madinah

LIMA hari berada di Madinah, jemaah umrah gelombang III PT Prima Mas Berau (PMB) dan PT Prima Anugerah Sejahtera Nusantara (PASN) bersama Arminareka Perdana, memanfaatkan waktu yang singkat tersebut untuk memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi. Masjid kedua yang dibangun Nabi Muhammad SAW setelah hijrah ke Madinah.

Bukan di waktu salat wajib saja, malah sejak dini hari hingga ke larut malam, ratusan jemaah tanpa dikoordinir seperti berlomba-lomba untuk memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi. Mulai tadarus Alquran, bersalawat, hingga memperbanyak salat sunah.

“Memang setelah subuh pertama yang kami diminta kumpul oleh tour leader untuk bersama-sama Salat Subuh di Masjid Nabawi, setelah itu beberapa jemaah kelihatannya buat kelompok-kelompok kecil untuk bersama-sama ke masjid. Malah jam 2, jam 3, ada yang sudah bangun untuk tajahud sampai subuh di masjid,” ungkap Harun, salah satu jemaah umrah yang turut diberangkatkan PT PMB dan PASN Berau. Menurutnya, memang sangat sia-sia kesempatan yang didapatkan jemaah, jika hanya menunaikan salat wajib di Masjid Nabawi.

Selain di Masjid Nabawi, tim Arminareka Perdana juga mengajak jemaah untuk beribadah di Masjid Quba. Masjid pertama yang dibangun langsung oleh Rasulullah SAW yang berada di pinggiran Kota Madinah. Selanjutnya, jemaah diajak mengunjungi kebun kurma yang berada tak jauh dari Masjid Quba.

Di kebun kurma, jemaah bisa mencicipi sekaligus berbelanja berbagai jenis kurma, cokelat, hingga minyak zaitun untuk dijadikan buah tangan. “Kalau di kebun kurma, cicipi aja kurma yang ditawarkan. Nggak mesti dibeli,” imbuh Agus, salah satu tour leader yang mendampingi jemaah.

Benar saja, ketika masuk di pusat perbelanjaan di kebun kurma, para pedagang langsung menawarkan kepada rombongan jemaah untuk mencicipi berbagai jenis kurma yang dijajakan. Mulai dari kurma muda yang masih berwarna hijau, kurma medjool yang memiliki ukuran super besar, hingga kurma ajwa.

“Kurma ajwa ini kurma nabi. Bisa menangkal sihir, bahkan bijinya bisa ditaruh di dekat pintu rumah untuk menangkal sihir-sihir jahat,” ujar Ustaz Rohli, salah satu muthawif yang mendampingi jemaah selama di Madinah dan Makkah.

Setelah mengunjungi kedua tempat tersebut, jemaah seharusnya melanjutkan perjalanan tur Kota Madinah untuk mengunjungi Jabal Uhud atau Gunung Uhud. Gunung dengan ketinggian 1.050 meter yang berada di utara Kota Madinah, merupakan lokasi kedua pertempuran Rasulullah SAW bersama para sahabat dengan pasukan kafir Quraisy. “Rasulullah SAW pernah bersabda, Bukit Uhud adalah salah satu bukit-bukit yang ada di surga,” lanjut Rohli.

Sayangnya, rombongan jemaah hanya bisa melihat Jabal Uhud dari bus yang ditumpangi, karena Pemerintah Arab Saudi sedang melakukan penutupan dari segala macam aktivitas di Jabal Uhud. “Karena untuk persiapan haji, jadi beberapa tempat sementara ditutup termasuk Jabal Uhud,” ujar Rohli.

Selain city tour, salah satu agenda utama seluruh jemaah selama di Madinah adalah berkunjung sekaligus menunaikan salat sunah dan berdoa di Raudah. Raudah adalah area di dalam Masjid Nabawi yang terletak di antara rumah Rasulullah SAW dan mimbar yang beliau gunakan untuk berdakwah. Rumah yang dulu dihuni Rasulullah SAW, kini menjadi makam Rasulullah SAW yang selalu dipadati jemaah. Baik di musim haji maupun umrah.

Dalam sabdanya, Rasulullah SAW menyebut Raudah sebagai taman surga serta tempat yang mustajab untuk berdoa.

Upaya untuk masuk Raudah tidak semudah yang dibayangkan. Sebab Pemerintah Arab Saudi mewajibkan seluruh jemaah sudah mendapatkan tasreh atau surat izin dari otoritas setempat, agar bisa masuk ke Raudah. Rombongan yang dibagi antara jemaah laki-laki dan perempuan, mendapat tantangan yang beragam sebelum diizinkan masuk ke Raudah.

Jemaah laki-laki yang dijadwalkan masuk Raudah usai menunaikan Salat Asar berjemaah di Masjid Nabawi, langsung diarahkan menuju salah satu pintu masjid yang berdekatan dengan Raudah. Bersama ribuan jemaah dari negara lain, rombongan harus mengantre panjang sebelum dilakukan pemeriksaan daftar tasreh oleh petugas yang menjaga di dekat Raudah.

Benar saja, salah satu rombongan jemaah dari negara lain yang berada di depan rombongan jemaah Arminareka, tidak diizinkan masuk karena persoalan tasreh. Namun tidak demikian bagi jemaah laki-laki Arminareka. Setelah dilakukan pemeriksaan tasreh yang dipegang muthawif, jemaah langsung dipersilakan masuk dan segera bergegas untuk menunaikan salat sunah dan berdoa di dalam Raudah.

“Alhamdulillah kita diberi kemudahan untuk masuk Raudah,” kata Rohli.

Sebab jemaah perempuan yang dijadwalkan masuk Raudah di pagi hari sebelumnya, harus balik ke hotel karena persoalan tasreh.

Gagal di percobaan pertama, seluruh jemaah perempuan kembali dijadwalkan masuk ke Raudah pada pagi keesokan harinya. Namun kembali gagal, karena persoalan yang sama. Baru di percobaan ketiga, jemaah perempuan bisa masuk Raudah untuk menunaikan salat sunah dan memanjatkan doa kepada Allah SWT di depan makam Nabi Muhammad SAW.

“Alhamdulillah. Walau penuh perjuangan, kami bisa berziarah ke makam Nabi (Muhammad SAW) sekaligus salat dan berdoa kepada Allah SWT di taman surga ini,” ujar Ani, jemaah asal Gunung Tabur mengaku sangat terharu bisa beribadah di dalam Raudah.

Hari terakhir di Madinah Al Munawwarah, seluruh jemaah diminta berkumpul di salah satu pintu Masjid Nabawi usai menunaikan Salat Subuh, untuk bersama-sama melakukan tur mengelilingi masjid dan tempat-tempat bersejarah di sekitar masjid. Selanjutnya, jemaah diminta berkemas dan bersiap melanjutkan ibadah ke Kota Makkah.

“Khusus jemaah laki-laki, sudah menggunakan pakaian ihram. Jadi sebelum perjalanan, kita Salat Zuhur langsung dijamak dengan Asar di masjid, sudah dengan pakaian ihram,” imbuh Rohli, memberikan bimbingan kepada jemaah laki-laki sebelum meninggalkan Kota Madinah menuju Makkah. (*/bersambung)

Exit mobile version