TANJUNG REDEB, Borneo Post – Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau, Hendra Pranata tanggapi permasalahan abrasi di Pulau Derawan yang kian memprihatinkan.
Perlu diketahui peran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau hingga kini tidak bisa dengan leluasa untuk mengatasi hal tersebut karena yang memiliki wewenang atas hal itu berada pada Balai Wilayah Sungai (BWS) Regional V Tarakan.
Menanggapi permasalahan tersebut, Kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau mengatakan akan melakukan pertemuan dengan BWS Regional V Tarakan untuk meminta izin agar Pemkab Berau bisa terlibat langsung dalam penanganannya.
“Kami akan mendatangi BWS Tarakan untuk meminta izin agar DPUPR Berau bisa melakukan perencanaan terkait penanganan di sana,” ucapnya, Sabtu (28/10/2023)
Dirinya pun tak menampik bahwa efek abrasi di Pulau Derawan membutuhkan perhatian serius, apalagi sampai saat ini belum ada tindakan yang dilakukan karena, sebagai upaya DPUPR Berau dalam mengurangi dampak abrasi di Pantai Pulau Derawan yang kian memprihatinkan.
“Kami meminta izin untuk melakukan langkah-langkah konkret. Sekecil-kecilnya peluang yang kita punya, untuk menyelamatkan Pulau Derawan,” ujarnya.
Selanjutnya, dirinya pun sempat menjelaskan, dari permasalahan tersebut menimbulkan pertanyaan bahwa pembangunan bangunan pemecah ombak untuk mencegah abrasi ini diisukan bisa melenyapkan keberadaan penyu di sana.
Ia juga menegaskan telah berkonsultasi dengan World Wild Foundation (WWF) Indonesia untuk diketahui bahwa berkurangnya kemunculan penyu di perairan Pulau Derawan disebabkan juga oleh berkurangnya wilayah langung atau wilayah yang menjadi kebiasaannya mencari makan lantaran pertumbuhan penduduk.
“Salah satu contoh Pulau Sambit, sudah dibangun pemecah ombak sejak 2012 dan habitat penyu tetap ada,” ungkapnya
Hal ini dikatakannya masih sebatas perencanaan untuk upaya penyelamatan Pulau Derawan agar terhindar dari abrasi dan dahulu sebelumnya sempat dilakukan perencanaan oleh BWS Regional 5 Tarakan pada tahun 2012.
“Kita mau lihat seperti apa. Karena dulu sempat dilakukan perencanaan juga di sana,” bebernya.
Dalam hal ini, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata dan menggandeng WWF Indonesia untuk melakukan review, sehingga perencanaan ini tetap dibarengi dengan tidak melupakan Pulau Derawan sebagai wilayah yang menjadi rumah bagi penyu itu.
“Di samping kita berusaha mengurangi keparahan dampak abrasi, kita juga ingin tetap berdampingan dengan pelestarian lingkungan di sana,” tuturnya.
Dirinya berharap, langkah ini bisa menjadi sebuah usaha demi menyelamatkan Pulau Derawan dari gangguan abrasi pantai yang kian parah. Termasuk langkah-langkah yang diambil diharapkan bisa menjaga kondisi pantai dan keanekaragaman hayati di dalamnya untuk dinikmati oleh generasi selanjutnya.
“Kita tidak mau pulau dengan kekayaan laut yang kaya di Derawan hilang nantinya, anak dan cucu kita harus tetap bisa melihatnya. Ini upaya kecil kita, berusaha melindungi Pulau Derawan dari ancaman abrasi,” tutupnya.
(MYA/ADV)