Tumbuk Movement, Tantang Calon Pemimpin : Tanggap Permasalahan Lingkungan dan Perubahan Iklim

Samarinda, Borneo Post- Komunitas Tumbuk Movement kembali menyelenggarakan diskusi terbuka atau Public Democracy Discussion, bekerja sama dengan Institut Center for Climate and Urban Resilience (CeCUR) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, pada Minggu (17/11/2024), yang berlokasi di Bagios Cafe, Samarinda, Kalimantan Timur.

Kegiatan ini mengundang kaum muda dari generasi milenial hingga generasi Z ini mengambil tema “Tantang Calon Pemimpin : Tanggap Permasalahan Lingkungan dan Perubahan Iklim”.

Kegiatan ini sebagai inisiatif
untuk mendorong dialog publik tentang isu-isu lingkungan dan perubahan iklim yang
mendesak di Kalimantan Timur. Acara yang dimoderatori oleh Romo Rudy ini, menghadirkan calon pemimpin daerah dan pakar,
acara ini bertujuan untuk memperkuat kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat sipil
dalam mengatasi tantangan lingkungan.

Aqwam, selaku perwakilan dari komunitas Tumbuk Movement menyebut acara ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran bagi calon-calon pemimpin bangsa khusus anak-anak muda di zaman sekarang akan lingkungan yang menunjang keberlangsungan hidup.

“Jadi bukan calon gubernur, bukan calon wali kota, tapi calon pemimpin bangsa di sini banyak dari komunitas-komunitas anak muda ya mereka juga calon-calon pemimpin gitu. Jadi ini yang kami harapkan adalah perhatian mereka terhadap persoalan-persoalan lingkungan” tuturnya.

Menurut Aqwam hal ini penting karena, banyaknya calon-calon pemimpin sekarang ini yang menggunakan atribut sebagai bahan kampanyenya yang disebar atau dipajang disepanjang jalan atau gang-gang, namun setelah berakhirnya masa kampanye atribut-atribut tersebut menjadi sampah dan menumpuk sehingga berdampak negatif terhadap lingkungan.

“Karena selama ini kampanya-kampanya itu kan menggunakan barang-barang yang kemudian nggak lama dibuang gitu. Jadi limbah, orang-orang yang mencalonkan dirinya mau jadi pemimpin. Punya banyak spanduk di mana-mana jadi sampah”, ucapnya.

Sementara itu, Kadek yang merupakan akademisi FH Universitas Mulawarman, juga sebagai pemantik dalam acara ini menyatakan aspirasinya kepada semua pihak yang sudah menyelenggarakan acara ini.

“Saya menyukai kegiatan ini karena ini adalah sebagai ruang-ruang diskusi yang prinsipnya berupaya untuk mencari solusi terbaik. Pertama bagaimana persoalan lingkungan di Kalimantan Timur, kemudian yang kedua kesejahteraan masyarakat dan persoalan-persoalan lain yang dirasa perlu mendapat perhatian kita semua. Dalam hal ini Saya garis bawahi, tidak hanya pemerintah, tapi juga masyarakat”,

Mengingat banyak partisipan yang berasal dari generasi muda, Kadek berharap agar mereka tidak lupa akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sadar akan dampak buruk yang akan terjadi akibat kurangnya kepedulian terhadap lingkungan.

“Sekarang kan sudah perkembangan teknologi yang sangat besar. Jadi, mari kita memberikan pandangan kita dengan cara masing-masing. Misalnya ada yang memang jadi vlogger atau jadi youtuber, yaitu salah satu media-media untuk menyampaikan isu-isu yang patut menjadi isu utama untuk diselesaikan”, jelasnya.

“Jadi Saya harap generasi muda juga punya ruang dan kesempatan untuk meduli, aware terhadap lingkungan sekitarnya. Kalau bukan generasi muda, siapa lagi?”, pungkasnya. (Delvi)

Exit mobile version