TANJUNG REDEB, Borneo Post – Candra, seorang pengusaha muda berusia 27 tahun asal Kalimantan Selatan (Kalsel), kini tengah sukses mengembangkan usaha Ubi Bakar madu Cilembu di kota Berau.
Bisnis kuliner yang dimulai pada tahun 2023 ini, berawal dari keinginan Candra untuk memenuhi hasrat istrinya yang sedang mengidamkan ubi bakar madu Cilembu saat sedang hamil.
Saat merantau ke Berau, Candra menyadari bahwa di daerah tersebut tidak ada yang menjual ubi bakar Cilembu, yang sudah sangat populer di Kalsel, tempat asalnya. Keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi istrinya memicu Candra untuk mencari solusi.
“Di Banjarmasin, ubi Cilembu itu sudah sangat biasa dikonsumsi. Tapi ketika saya di Berau, saya tidak bisa menemukan ubi bakar ini, bahkan secara online pun sulit,” ujar Candra.
Dengan tekad yang kuat, Candra pun memutuskan untuk membuka usaha ubi bakar madu Cilembu di Berau, yang pada awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Namun, usaha ini ternyata mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakat sekitar.
Hingga kini, usahanya sudah berkembang pesat dengan membuka tiga cabang di Berau dan tiga cabang lagi di Kalsel.
“Alhamdulillah, usaha ini semakin berkembang. Kami sudah memiliki tiga cabang di Berau, yaitu di Kilo 5 depan Dispora, Jalan Pulau Sambit, dan Jalan Tekeumar, serta tiga cabang di Kalsel,” terang Candra.
Di cabang pertama yang terletak di Kilo 5 depan Dispora, omset penjualan bisa tembus hingga Rp 2 hingga 3 juta per hari, sementara cabang-cabang lainnya, seperti yang ada di Pulau Sambit dan Tekeumar, menghasilkan sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta per hari.
Menurut Candra, salah satu daya tarik utama dari Ubi Bakar Cilembu adalah perbedaannya dengan ubi bakar biasa.
“Ubi bakar madu Cilembu memiliki perbedaan yang sangat signifikan pada proses pemanggangannya. Ketika ubi ini dipanggang, kandungan glukosa alami yang ada di dalam ubi akan berubah menjadi karamel yang meleleh di dalamnya, menghasilkan rasa manis yang lebih lezat dan tekstur yang lembut. Sedangkan ubi bakar biasa, meskipun sama-sama berbasis ubi madu, biasanya hasilnya kering seperti ubi rebus,” jelas Candra.
Untuk bulanannya, bisnis Ubi Bakar Cilembu di Berau kini menghasilkan sekitar Rp 100 juta dari tiga cabang yang ada. Candra berharap bisnis ini tidak hanya terus berkembang di Berau dan Kalsel, tetapi juga bisa merambah ke daerah lainnya.
Dengan kualitas rasa yang khas dan pengalaman kuliner yang unik, ia yakin produk ini memiliki potensi besar untuk bisa diterima lebih luas.
“Ke depannya, kami ingin lebih banyak membuka cabang di kota-kota lain, memperkenalkan cita rasa khas ubi bakar Cilembu yang sudah menjadi favorit masyarakat Kalsel. Semoga bisa memberi manfaat lebih banyak bagi masyarakat sekitar dan memberikan lapangan pekerjaan,” tutup Candra dengan penuh harapan.