Berkali-kali Ganti Pipa, Tapi Air Bersih di Bidukbiduk Tak Kunjung Mengalir

TANJUNG REDEB, Borneopost.com – Belum maksimalnya pelayanan air bersih dari Perumda Air Minum Batiwakkal di Kecamatan Bidukbiduk jadi sorotan anggota DPRD Berau, Abdul Waris.

Pasalnya pipa distribusi sudah dipasang dari ujung Kampung Teluk Sulaiman hingga ujung Tanjung Prepat, namun air bersih belum mengalir secara maksimal.

“Pipa ini pun sudah diganti tiga kali. Terakhir tahun lalu dianggarkan Rp 7 miliar dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Namun sudah 30 tahun air tidak pernah mengalir,” kata Waris, saat Musrenbang tingkat Kecamatan Bidukbiduk, beberapa waktu lalu.

Waris pun mempertanyakan permasalahan yang dihadapi Perumda Air Minum Batiwakkal, hingga masyarakat di kecamatan pesisir Selatan itu tidak menikmati air minum seperti di daerah lain.

“Pipa ini sudah berganti mulai saya SD. Sampai sekarang tidak jalan. Kemarin sudah dianggarkan karena airnya payau, kalau tidak salah dibendung itu air asin di Teluk Sulaiman. Nah, sudah selesai ini di PU-nya. Tinggal apa masalahnya? Kenapa tidak jalan?” ucapnya heran.

Akibat air yang tidak mengalir itu, masyarakat yang tinggal di daerah pesisir akhirnya lebih memilih untuk menggali sumur bor menggunakan Alokasi Dana Kampung (ADK) daripada menunggu perhatian pihak Perumda Batiwakkal.

Persoalan itu membuat Waris curiga bahwa pembangunan air selama ini hanya sekadar proyek menghasilkan keuntungan finansial, daripada upaya negara khususnya pemerintah daerah menyejahterakan rakyatnya di bidang kebutuhan dasar akan air bersih.

“Kalau tidak ngalir lagi, saya khawatir tiga tahun mendatang ada lagi proyek ganti pipa. Ini ganti pipa, ganti pipa, tapi airnya tidak pernah kita nikmati,” tegasnya.

Menanggapi Hal itu, Hauzifa, salah seorang personel Perumda Air Minum Batiwakkal yang ikut dalam Musrenbang, menjelaskan bahwa permasalahan yang dialami di Kecamatan Bidukbiduk yakni sumber air baku yang terletak di Kampung Teluk Sulaiman. Saat itu, warga memang sempat mengeluh bahwa air dari sumber itu terasa payau.

“Itu masalah di quality. Kemudian masalah di kontinuitas. Karena, sumber energi kita hanya mengandalkan PLTS, sehingga izin produksi tidak bisa berjalan secara full 24 jam,” jelas Hauzifa.

Setelah pipa dibangun, air yang dioperasikan sebenarnya sempat beroperasi sekian lama. Bahkan, pernah berjalan normal. Namun, setelah itu tidak berjalan lagi secara maksimal.

“Sekarang memang sempat kami selesaikan di Januari dengan turun ke lapangan dan meng-update lagi kekurangan-kekurangan yang ada, termasuk keluhan air payau yang diinformasikan itu. Sudah ditangani,” tuturnya. (Hbp/ADV)

Exit mobile version