BERAU, BorneoPost – Berawal dari hobi ngemil kue bercita rasa cokelat, Asriyanti, seorang ibu tangguh asal Berau, berhasil membangun usaha kuliner rumahan bernama AsriD’Purple Brownis Cake N’Cookies. Usaha yang berlokasi di Jalan H. Isa 1, dekat lampu merah, ini lahir dari tekad dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman sebagai karyawan.
Awalnya, Asriyanti hanya iseng mencoba membuat brownies setelah beberapa kali gagal. Namun, ketika hasil kreasinya dicicipi keluarga dan teman, respon positif justru menjadi titik awal perjalanan bisnisnya. “Saya foto lalu saya posting di story WhatsApp dengan tulisan open order. Alhamdulillah langsung ada yang pesan, dari situ saya semakin percaya diri,” ungkapnya.
Motivasi terbesar Asriyanti bukan sekadar mencari keuntungan. Ia ingin mandiri secara finansial, sekaligus menjadi tulang punggung keluarga. “Saya ini ibu sekaligus bapak bagi anak saya. Jadi saya harus berusaha keras demi masa depan anak, sekaligus membantu ekonomi orang tua,” katanya.
Produk andalan AsriD’Purple adalah brownies fudgy yang terkenal tahan lama hingga seminggu. Keunggulan ini membuatnya cocok dijadikan oleh-oleh, hampers, maupun hadiah ulang tahun. Walaupun masih diproduksi dengan peralatan sederhana dan dikerjakan seorang diri, kualitas tetap menjadi prioritas.
Dalam pemasaran, Asriyanti mengandalkan media sosial seperti WhatsApp, Facebook, dan Instagram. Strategi ini terbukti ampuh menjangkau konsumen dari berbagai kalangan, mulai anak-anak hingga dewasa. “Cokelat itu makanan yang hampir semua orang suka,” ujarnya.
Meski demikian, jalan usaha tidak selalu mulus. Kendala terbesar adalah keterbatasan modal dan stok bahan baku yang kerap habis di pasaran. Namun, Asriyanti memilih tetap bertahan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. “Saya jalani dengan apa adanya dulu, sambil perlahan mengembangkan usaha,” tuturnya.
Di tengah tantangan, ia merasa terbantu dengan adanya pelatihan yang digelar Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau. Ia berharap pemerintah semakin memperhatikan UMKM kecil yang benar-benar menggantungkan hidup dari usaha. “Bantuan permodalan sebaiknya dibagi merata, tepat sasaran, dan menyentuh pelaku usaha kecil seperti saya,” harapnya.
Ke depan, Asriyanti bertekad memiliki galeri atau toko kue sendiri. Lebih dari itu, ia ingin galeri tersebut juga menjadi wadah bagi produk UMKM lain agar bisa berkembang bersama. “Semoga Tuhan beri jalan untuk mewujudkannya,” pungkasnya.