Sawit Dongkrak Ekonomi Kampung Sukan Tengah, Perputaran Uang Capai Rp1 Miliar per Bulan

SAMBALIUNG, BorneoPost  – Program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan di Kampung Sukan Tengah, Kecamatan Sambaliung, membuktikan hasil nyata. Sejak 2018, Kepala Kampung (Kakam) Sukan Tengah, Bunyamin, meluncurkan program bantuan bibit kelapa sawit unggul gratis bagi warganya. Enam tahun berjalan, program ini kini telah mengubah wajah ekonomi masyarakat setempat.

“Alhamdulillah, rata-rata petani sudah bisa panen. Ini menjadi pondasi ekonomi keluarga, ditambah lagi dengan penghasilan tambahan lain di luar sawit,” ujar Bunyamin, Selasa (16/9/2025).

Data kampung mencatat, saat ini luas lahan sawit di Sukan Tengah sudah mencapai sekitar 500 hektare, dengan produksi rata-rata 350 ton per bulan. Dari hasil panen tersebut, nilai perputaran uang diperkirakan mencapai Rp1 miliar setiap bulannya.

Menurut Bunyamin, pemilihan kelapa sawit sebagai komoditas unggulan bukan tanpa alasan. Selain mudah dipelihara dan cepat dipasarkan, kondisi tanah di Sukan Tengah yang memiliki tingkat keasaman (pH) maksimal 4 sangat cocok untuk tanaman ini.

“Dengan keunggulan itu, masyarakat tak hanya punya penghasilan tetap, tapi juga makin mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup,” terangnya.

Meski demikian, ia tak menampik masih ada tantangan yang dihadapi para petani sawit. Salah satunya adalah keterbatasan sarana pengolahan hasil panen. Hingga kini, warga masih bergantung pada pabrik besar di luar kampung yang jaraknya jauh, sehingga biaya transportasi cukup besar.

Untuk itu, Bunyamin berharap pemerintah daerah bisa mempermudah masuknya investor ke Sukan Tengah. Kehadiran pabrik kelapa sawit mini dinilainya akan menjadi solusi penting untuk memperkuat ekonomi lokal sekaligus membuka lapangan kerja baru.

“Kami sangat berharap pemerintah daerah bisa membantu membuka jalan bagi investor yang ingin mendirikan pabrik kelapa sawit mini di Sukan Tengah,” paparnya.

Ia menegaskan, cita-cita menjadikan Sukan Tengah sebagai kampung mandiri sangat bergantung pada kemandirian warganya. Dengan adanya pabrik pengolahan di dalam kampung, roda ekonomi diyakini akan semakin berputar kencang.

“Kalau masyarakat sudah mandiri, otomatis kampung pun ikut mandiri. Itu harapan besar kami,” pungkasnya.

Exit mobile version